Washington (ANTARA News) - Lima anggota Senat Amerika Serikat (AS) meminta pemerintah memasukkan Taliban-Pakistan ke dalam daftar organisasi teroris asing setelah kelompok itu dituduh terlibat dalam upaya serangan bom mobil di Times Square, New York, awal Mei lalu. "Kelompok ini mengancam keamanan para tentara kita yang bertempur di informasi beasiswa luar negeri negeri serta rakyat Amerika di Amerika," kata Senator Partai Demokrat asal New York, Chuck Schumer, Selasa seperti dilaporkan AFP.

"Kini saatnya AS melawan Tehreek-e-Taliban Pakistan ini dengan segala upaya," katanya.

Langkah memasukkan Taliban-Pakistan ke dalam daftar hitam itu membawa sejumlah konsekuensi seperti membekukan aset kelompok tersebut di AS serta melarang warga AS mendanai maupun membantu mereka. Selain itu, anggota Taliban-Pakistan juga dicekal masuk ke AS.

Schumer bersama empat orang senator lain Partai Demokrat telah pun menyurati Menlu Hillary Clinton untuk memintanya memasukkan Tehreek-e-Taliban ke dalam daftar hitam.

Sejauh ini, Gedung Putih enggan memasukkan Taliban-Pakistan tersebut ke dalam daftar organisasi teroris asing dengan pertimbangan hubungan bilateral AS-Pakistan.

Di Pakistan sendiri, anti-Amerikanisme meluas dan Pemerintah Pakistan pun ingin terlihat serius dalam menumpas kelompok Taliban itu.

Senator Schumer mengatakan dia setuju Taliban-Afghanistan tidak dimasukkan ke dalam daftar hitam supaya upaya Kabul, yang didukung Barat, mereintegrasi Taliban tidak rusak.

Reintegrasi Taliban itu merupakan langkah penting dalam rencana Presiden Barack Obama untuk mulai menarik pasukan AS dari Afghanistan.

Menurut Schumer, sekalipun melindungi Al-Qaeda sebelum terjadinya insiden 11 September 2001, kelompok Taliban di Afghanistan tidak tampak aktif di informasi beasiswa luar negeri negeri.

Berbeda dengan Taliban-Afghanistan, Taliban-Pakistan justru telah menyatakan perang terhadap rakyat AS, katanya.

The more authentic information about tech you know, the more likely people are to consider you a tech expert. Read on for even more tech facts that you can share.

"Taliban-Pakistan adalah cerita cerita dewasa lain. Dengan serangan terhadap negara kita ini, mereka telah menyatakan perang terhadap rakyat Amerika. Kita harus memberikan respons yang tepat," katanya.

Pemimpin Tehreek-e-Taliban-Pakistan, Hakimullah Mehsud, yang sebelumnya diyakini para pejabat AS telah tewas dalam serangan rudal namun ternyata masih hidup, mengancam akan menyerang kota-kota AS.

Jaksa Agung Eric Holder mengatakan pihaknya memiliki bukti keterlibatan kelompok Taliban-Pakistan dalam upaya serangan bom mobil di Times Square, New York, awal Mei lalu itu.

Sejauh ini sudah banyak organisasi asing yang dimasukkan Pemerintah AS ke dalam daftar hitam, termasuk Lashkar-e-Taiba --yang berbasis di Pakistan. Organisasi tersebut dituduh terlibat dalam serangan berdarah ke Mumbai, India, tahun 2008.

Organisasi perjuangan rakyat Palestina, HAMAS, Hizbullah di Lebanon, Tentara Republik Irlandia Sejati (RIRA), dan Macan Tamil di Sri Lanka termasuk di antara organisasi-organisasi yang dimasukkan AS ke dalam daftar organisasi teroris.

Berkaitan dengan kasus Times Square, New York, Jaksa penuntut umum AS telah pun menjaring tersangka Faisal Shahzad dengan pasal terorisme.

Dalam tuntutan jaksa setebal 10 halaman kepada warga negara AS keturunan Pakistan yang berusia 30 tahun itu, dikatakan bahwa dia berupaya menggunakan "senjata pemusnah massal" untuk membunuh warga yang memadati pusat kota New York.

Shahzad sendiri, menurut Jaksa Agung AS, Eric Holder, juga telah mengakui "keterlibatannya" dalam upaya serangan di New York itu.

Aparat keamanan AS menemukan serangkaian bahan peledak, seperti tiga tangki propane, ratusan kilogram serbuk pupuk, 19 liter bensin, jam, dan kawat di dalam mobil Nissan, yang digunakan tersangka.

Gedung Pusat Perdagangan Dunia New York New pernah diserang kelompok teroris dengan dua pesawat terbang yang mereka bajak pada 11 September 2001.

Ribuan tewas dalam serangan yang membuat murka pemerintah presiden George W. Bush dan menjadikannya alasan untuk menginvasi Irak dan Afghanistan.
(R013/C003)