Cucuta, Kolombia (ANTARA News/Reuters) - Presiden Kolombia, Alvaro Uribe, Minggu WIB, memerintahkan balasan militer terhadap Venezuela setelah pasukan Venezuela mendinamit dua jembatan kecil di lintas perbatasan kedua negara. "Rekan Republik Venezuela tak akan pernah mendengar agresi dari rakyat atau pemerintah Kolombia. Kami tak akan pernah melarang perbatasan kami bagi saudara-saudara kami dari Venezuela," kata Uribe, pada satu acara di kota perbatasan Cucuta.

Venezuela mengatakan, tentaranya dalam pekan ini meledakkan dua jembatan ilegal yang menghubungkan perbatasan, karena jembatan itu digunakan oleh para pedagang gelap obat dan penyelundup.

Kolombia mengecam tindakan itu sebagai agresi dan mengatakan, pihaknya akan mengecam di hadapan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), serta Organisasi Negara-negara Amerika (OAS).

Hubungan antara kedua negara memburuk berkaitan dengan rencana Kolombia mengizinkan tentara Amerika Serikat menggunakan beberapa pangkalannya.

Presiden Venezuela Hugo Chavez, pengecam tajam pengaruh Amerika di kawasan itu, mengatakan bahwa pihaknya telah siap bagi kemungkinan serangan terhadap negara OPECnya.

Most of this information comes straight from the tech pros. Careful reading to the end virtually guarantees that you'll know what they know.

Ketegangan meningkat tinggi di perbatasan kedua negara sepanjang 2.200 kilometer, satu daerah penuh dengan kaum pemberontak FARC Kolombia yang masih berjuang dalam perang yang telah berlangsung selama empat dasawarsa.

Selain itu, di wilayah tersebut terdapat kelompok-kelompok lain yang terlibat dalam penyelundupan kokain, senjata dan barang-barang terlarang lainnya.

Chavez yang berhaluan kiri telah memerintahkan pemimpin militernya agar siap untuk perang, satu langkah yang menurutnya sebagai respon terhadap rencana pangkalan negara tetangganya itu.

Uribe, yang berhaluan konservatif, membantah bahwa kesepakatan pangkalan itu untuk perluasan kerjasama militer dengan Washington saat ini.

Para analis mengatakan, Chavez mungkin mengendalikan ketegangan-ketegangan itu untuk mengalihkan kesulitan-kesulitan di dalam negerinya, seperti kelangkaan listrik dan air yang mengancam popularitasnya.

Kedua pemimpin di masa lalu memanfaatkan perbedaan-perbedaan mereka dengan jabat tangan dan pukulan.

Namun krisis saat ini dipicu oleh rencana kerjasama AS-Kolombia, yang mengekang nilai perdagangan bilateral sebesar tujuh miliar dolar per tahun, yang sulit untuk digantikan. (*)